Belum habis saya kulum sisa saus di jari-jari bekas tempelan sosis ayam dan tahu ikan, saya tergoda kenikmatan lain. Nikmat cinta yang (pasti) hakiki dari segi rasa dan warna.
Rasanya saya pernah tahu rasa ini. Ketika dekat harumnya manis, ketika jauh tampaknya menggoda. Persis seperti seseorang yang sempat menawarkan diri jalan-jalan dengan saya akhir tahun ini tapi mengakhiri kalimat dengan 'Insya Allah'.
Pas sekali hari itu saya sedang patah hati. Si mantan gebetan ternyata dekat dengan perempuan lain. Kata 'dekat' dalam konteks sebuah hubungan biasanya sulit untuk didefinisikan. Dekat bisa berarti tidak ada jarak fisik, tidak ada jarak secara rohani, atau tidak ada jarak secara keduanya. Tidak ada jarak secara rohani juga maknanya berbeda-beda. Ada yang berarti batin dua pecinta merasa saling memiliki, tapi secara fisik tidak bisa bersatu. Ada yang merasa terhubung secara hati tapi malu-malu mengungkapkan.
Seperti judul puisi, dikatakan atau tidak dikatakan itu tetap cinta.
Saya tahu diri, lalu undur diri dari hidupnya. Kembali hidup dengan apa yang ada. Tapi saya diam-diam masih bahagia, karena di ujung sana ada harum lain dan warna lain yang menggoda. Rasa ini lengkap dengan gurih santan kental yang tidak terlalu pekat dan renyah remah nasi ketan. Cinta saya waktu itu hakiki, bulat penuh. Setelah hati saya utuh lagi, saya deklarasikan cintaku padamu, Mango Sticky Rice.
*Catatan :
Mango Sticky Rice (nasi ketan mangga atau khao niao mamuang) di negara asalnya, Thailand, dijual di pasar-pasar tradisional dengan harga 20 THB, jelas lebih murah daripada di kampung halaman saya, Malang. Rasanya beneran enak, dengan campuran potongan mangga yang manis, nasi ketan yang tidak terlalu keras dan rasanya manis-gurih, dan siraman kuah santan gurih yang agak kental. Bikin kenyang.
No comments:
Post a Comment