Labels

Dec 25, 2014

Stand By Me Doraemon (Please, I'm Serious!)

Entah kenapa saya malah pengen bikin postingan yang ini dulu daripada postingan yang sudah saya persiapkan sejak lama tentang kuliah saya. Stand By Me Doraemon.


Saya nggak ingat kapan saya mulai nonton dan kenal Doraemon. Lamaaaaaa sekali, mungkin sejak TK atau sebelum masuk TK. Setiap Minggu mulai jam 6 pagi, saya duduk manis depan TV nonton kartun. Doraemon mulai jam 8 seingat saya. Komik pertama yang saya beli ketika umur 6 tahun juga Doraemon. Boneka pertama yang benar-benar saya pengen juga Doraemon. Saya emang nggak nge-fans banget sama Doraemon, but as a figure I grew up with, he is just special!

Kemudian film-filmnya bermunculan. Film pertama yang saya tonton adalah Doraemon: Nobita dan Legenda Raja Matahari. Terus banyak lagi yang muncul tapi saya udah nggak ngikutin lagi. Bosan. Dan juga karena saya udah tambah gede, udah jarang nonton Doraemon.

Ketika akhirnya terpengaruh gambar Doraemon versi 3D, saya nonton juga film ini. Pertamanya kayak nonton sejarah bagaimana Doraemon dan Nobita bertemu. Nggak banyak berbeda dengan yang kita tonton di TV atau baca di komik, tokoh-tokohnya yang muncul ya itu-itu aja. Nobita masih si anak pemalas kelas lima yang bisanya cuma nangis minta pertolongan Doraemon, Suneo dan Giant are still the bullies, Shizuka masih si anak cantik yang disukai banyak anak, dan yang lain-lain dan yang lain-lain.

Ketika sampai di bagian tengah menuju akhir, saya liat sisi lain Nobita. Bagaimana dia mencoba melawan Giant, gimana dia nolong Shizuka di tengah badai Salju, tanpa Doraemon. Bagaimana Nobita berusaha menjadi lebih baik demi masa depan dia. Ini belum pernah saya lihat di cerita-cerita Doraemon sebelumnya.

Ketika Doraemon bilang dia nggak bisa tinggal lagi dengan Nobita, saya juga merasa kehilangan. Aneh rasanya lihat Nobita nggak sama-sama Doraemon. Rasanya kayak.. Doraemon nggak cuma ninggalin Nobita, tapi saya juga! Kayak.. nggak bakal liat lagi Doraemon. Saya nggak mau!


Film Stand By Me Doraemon ini benar-benar seperti mesin waktu di dalam laci Nobita. Saya merasa diajak kembali ke masa kecil saya dengan setting hari Minggu pukul 8 pagi di depan TV. Bedanya, saya nangis nonton film ini. Saya nggak ikhlas kalau Doraemon meninggalkan Nobita, meninggalkan kami yang pernah menghabiskan pagi liat bagaimana Nobita bermanja-manja dengan Doraemon minta dikasih gadget dari abad ke-22 buat merebut hati Shizuka atau ngalahin Giant dan Suneo.


Setelah sekian lama saya bosan, sekarang saya tidak pernah sesayang ini dengan Doraemon.


10 out of 10? Nah, 12 out of 10! :')


pict : everywhere on Internet

Dec 13, 2014

Setahun

Tanggal 6 kemaren, saya mimpi lagi jalan-jalan dalam sebuah lorong, terus ketemu seseorang. Saya menyapa dia, "Hai Dan!", gitu. Dia balas melambaikan tangan juga. Terus pas saya lihat lebih dekat, ternyata orangnya udah tua, rambutnya udah putih. Orang itu cuma senyum aja.

Tanggal 6 Desember, setahun lalu, hari itu hari kecelakaan kamu ya, Dan?