Labels

Dec 2, 2017

What to Hope

Dari bandara menuju rumah, ada papan baliho yang mengubah hidupnya.

"Find the answer first and then question it"

Dalam bus kampus itu ia terdiam. Bahkan jawaban dari pertanyaan itu belum ia temukan : "what do you want to do?". Ia pulang ke rumah dengan langkah terhuyung, berat punggung, berat hati, dan berat kepala.

Instagram dibuka dan dilihatnya ada banyak foto-foto bertebaran. Ia putuskan hari itu ia berhenti memberi hati, tahu betapa kecilnya pernak-pernak ini ketimbang isi dunia lain yang telah dan akan ia lihat. Nyaris yakin ia rasa, hampir separuh foto yang ia lihat palsu. Hanya sebuah gambaran orang-orang di tempat yang terlihat menyenangkan tanpa memperlihatkan sulitnya menjangkau tempat itu. I was there too, I was like that too. Pertanyaan yang sama muncul ketika ponsel pintar sudah tidak lagi ia pegang, 'what do you want to do?'.

Find the answer first and then question it.

Tapi tidak ada jawaban. Belum. Dibuka lagi social media lainnya. Di situlah ia melihat seseorang bicara tentang hidupnya jika ia sudah 45. Okay, what do you want to do now? Membuat hal yang sama.

To my 45-years-old self..

Berhenti di sana. 'Mau apa?'

I hope this letter reaches you in good health and life.

Setidaknya dengan bicara seperti itu, ia tahu ia belum mau mati ketika ia 45 tahun. Ia mau sehat dan lepas dari penyakit apapun. Ia mau hidup.

If it isn't good, it has ever been and will be. As you understand now, every storm will pass, and this one shall too. If it is, I am glad but I hope it doesn't satisfy you quickly.

Percaya bahwa kehidupan itu tidak statis membuatnya yakin bahwa ia akan baik-baik saja di masa depan.

Ia mulai mendaftar harapannya ketika ia sudah 45. Ia juga menambah harapan-harapan konyol yang tidak masuk akal, harapan akan dirinya yang sudah bisa mengatasi ketakutannya, harapan yang tidak muluk tapi membahagiakan, harapan yang sederhana, dan sedikit harapan yang terlalu fantastis. Menambahkan kata sifat yang baik-baik dan kata benda yang tidak terlalu abstrak (ia mencoba menghindarinya atau membuat definisi dari kata-kata itu).

Ia menulis semua sambil tertawa, sambil terisak-isak, kadang senyum-senyum malu dan kadang serius berteguh hati. Ia menulis dengan hati yang hangat dengan harap dirinya yang 45 tahun itu bisa merasa hangat juga hatinya. Ini adalah harapan jangka panjang, proposalnya untuk Tuhan, ia tidak tahu harapan mana yang akan dikabulkan.

Ia sudah membuat jawaban untuk pertanyaan "what do you want to do-with your life?", pertanyaan berikutnya, "what do you have to do?", "what has to be done?" dan "how could I be there?". Find the answer first and then question it.