Labels

Jun 30, 2016

Bentuk Kekerasan yang Berbeda tapi Tidak Apa-apa

Suatu hari kejadian buruk menimpa saya. Kejadian ini membuat saya merasa sangat tidak enak dan saya enggan untuk berada di sekitar tempat di mana kejadian ini terjadi. Sayangnya, terkadang kebanyakan orang yang berada di sana tidak membuat saya merasa lebih baik. Bahkan mereka sama sekali tidak berusaha membuat saya merasa lebih baik, mereka bertindak sebaliknya. 

Dalam perjalanan pulang, saya teringat percakapan dengan Ken di twitter 2 tahun lalu, ketika Ken mengutip Kou Yoneda : 

People are... Full of contradictions. They're lonely. And then they're not. They're missed. And then they're not.

Agak lucu buat saya sebenernya. Terkadang banyak sekali orang yang mendorong orang lain untuk berbuat sesuatu dan ketika orang lain itu melakukannya, ia akan dihajar habis-habisan. Sungguh sangat bertentangan dengan apa yang mereka katakan sebelumnya. Kontradiksi.

Jadi ceritanya, kemarin saya dihajar habis-habisan sebagai akibat perbuatan yang saya lakukan. Saya salah, saya tidak akan berkata sebaliknya. Sebagai balasannya, saya tidak hanya diberi ucapan 'ya kamu salah', tapi juga tertawaan dan pandangan menghina. Jujur saja, apa yang terjadi saat itu membuat hati saya tercabik. Tapi tidak apa-apa, what doesn't kill you makes you stronger. 

Saya merasa sebenarnya orang lain tidak perlu sebegitu jahatnya. Mereka bilang jangan takut untuk berbuat kesalahan, dari situ kita bisa belajar. Kesalahan telah dibuat dan sayangnya orang-orang jahat ini tidak membuat pelajaran ini menjadi mudah. Mereka membuat semuanya menjadi rumit dan lebih parah lagi, menyakitkan. Kontradiksi.

Saya diam-diam ingin bertukar peran. Bagaimana jika saya melepaskan sepatu saya kemudian menjejalkannya ke kaki mereka? Menarik. Tapi saya tidak akan mencoba karena ini hanya keinginan diam-diam. Saya hanya ingin merasakan bagaimana menertawakan orang lain yang sedang mengalami kesialan dan memutar mata saya dengan masalah mereka, 'hadeh, apa deh, ga paham sama ini ya? Ga pernah ikut itu ya? Hadeh, nggilani, norak, kampungan, sotoy, sok, lalala-lilili'.

Haha, tidak apa-apa. Sepatu saya memang tidak cocok untuk mereka. Atau juga sebaliknya.

Pernah suatu kali saya merasa bahwa sebuah tawa adalah bentuk kekerasan yang berbeda. Seperti ada jenis tertawa yang membuat orang lain merasa tidak bahagia. Tapi sepertinya memang ada. Misalnya tawa yang membuat orang lain merasa malu ketika masuk kelas dengan potongan rambut baru dan tawa yang membuat orang lain sedih karena dihina. Diam-diam tawa ternyata juga sebuah kekerasan. 

Do you know why people like violence? It is because it feels good. Humans find violence deeply satisfying. But remove the satisfaction, and the act becomes... hollow.
- Alan Turing played by Benedict Cumberbatch, The Imitation Game

It is satisfying. Tertawa yang demikian itu memang memuaskan. Apalah yang lebih baik daripada melihat orang yang tidak kita sukai jatuh dan kita bisa tertawa karena itu? Dan jika dia yang menang kita akan berusaha membuatnya tidak menang juga. Ini tuh seperti permainan kartu, bisa kartu UNO : kalau kamu belum bisa menang, setidaknya jangan buat temanmu menang. Ketika kamu menang, maka tertawalah. Apalah tawa tanpa rasa kepuasan?

Tapi temanmu bukan pelawak yang sengaja melemparkan dirinya untuk menjadi lucu.

Oke, saya tidak apa-apa. Orang lain tidak bisa berhenti menertawakan dan membicarakan karena itu sumber kebahagiaan mereka. Mungkin itu bentuk kekerasan yang dilakukan orang-orang yang tidak suka kekerasan, kontradiksi. Saya salah, saya mengakui dan tidak berkata sebaliknya, tetapi saya memaafkan diri saya. Menyalahkan diri sendiri tidak akan menyelesaikan masalah dengan lebih cepat.


The fact is, forgiveness is the quickest shortcut to beginning again and refocusing on what matters. This doesn’t mean we let ourselves off the hook, we learn from it and release the burden so we can begin to be of service to ourselves and others. - Elisha Goldstein

Selamat siang.