Labels

Nov 12, 2017

Bagaimana Caranya Jadi Tuli dan Memilih untuk Tetap Bahagia

Yakinlah bahwa sebuah perjalanan adalah cara Tuhan, cara lingkungan semesta, dan cara diri kita memberi kejutan untuk diri kita sendiri. Yakinlah, perjalanan adalah cara paling tepat untuk membawa perubahan. Yakinlah, perjalanan adalah cara yang tepat untuk bertanya tentang banyak hal.

Perjalanan jauh dari rumah pertama kali saya lakukan di Thailand selama 60 hari. Dari sekian banyak masalah yang saya hadapi selama dalam perjalanan jauh ini, saya memilih satu saja masalah yang peliknya paling kurang ajar : cerita-cerita yang menyakitkan gendang telinga dan relung hari terdalam. 

Sayangnya, cerita-cerita ini dibuat oleh teman-teman sendiri. Sebenarnya sudah saya duga akan muncul selentingan aneh-aneh yang beredar. Tapi lebih menyedihkan kalau ternyata cerita itu datang dari orang terdekat. Saat itu rasanya saya mendapatkan kejutan. Hari itu saya berharap Tuhan memberikan tombol untuk mematikan fungsi pendengaran saya. 

'Tapi hey, coba deh pikir, kenapa Tuhan nggak menyediakan tombol turn-on turn-off di telinga?'

Mungkin begitulah cara Tuhan membuat para manusia yang berpendengaran normal menjadi tangguh. Mungkin begitulah cara kita menunjukkan bahwa kita bisa menjadi tuli karena pilihan kita sendiri. 

Masalah ini mengajarkan saya bagaimana menjadi orang yang terbiasa dengan gosip dan rumor, (terutama kalau gosip dan rumornya tentang diri saya sendiri). Saya belajar menerima dan saya bisa hidup tenang. Saya memilih menjadi tuli terhadap omong kotor dan tidak baik yang mengiringi perjalanan saya. Yah, anggap saja itu bagian dari perjalanan saya, misalnya angin kencang yang mau mengeringkan keringat di bagian ketiak. Sekencang-kencangnya angin itu menerpa, akhirnya akan berlalu juga. Kalau jatuh, kita punya pilihan untuk berdiri lagi (dan selama saya masih hidup, berdiri akan selalu jadi pilihan).

Kita tidak bisa mengontrol kata-kata yang akan dilontarkan dari orang lain, tapi kita bisa memilih untuk mendengarkannya atau tidak. Dengan menjadi tuli, saya telah memilih untuk bahagia. Hidup jauh lebih mudah. 'Kritik gratis' seperti itu membuat saya lebih bisa fokus memilih mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Juga pertanyaan-pertanyaan bingung macam 'ngapain sih pergi jauh-jauh ke Thailand?' bisa membuat saya sadar betapa berharganya hidup saya. 

Jadi, menjadi tuli itu mudah, cukup tunjukkan bahwa kita bahagia dengan pilihan yang sudah kita ambil. Apa saya bahagia? 

I'm trying :)

P.S:
Foto di atas dijadikan kenang-kenangan dari mahasiswa di Universitas tempat saya KPL. Fotonya dicetak, dibingkai, dan dihias cantik. Ketika menerima foto itu saya merasa puas. Saya memang tidak terlihat cantik atau imut, tapi saya terlihat bahagia. Saya memang bahagia, I had a good life when I was there.