Labels

May 31, 2014

Salam dari Atas Eropa Utara

Tahun lalu saya pernah posting foto-foto langit dari atas Pulau Jawa di sini. Pada postingan waktu itu, saya bilang pengen lihat foto langit dari atas Finlandia. Memanfaatkan pacar, saya bilang kalo nanti dia ke Indonesia, fotokan langitnya dari pesawat.

Setahun kemudian, pacar saya nggak jadi terbang ke Indonesia, tapi dia terbang ke Perancis. Sebel banget karena dia harus ada di Paris selama beberapa hari, jadi dia nggak bisa nemenin ngobrol di skype selama beberapa hari. Termasuk hari ulang tahun saya.

Tapi ternyata saya salah. Tanggal 30, jam 6 pagi WIB atau jam 3an waktu Perancis, dia niatin online lewat HP, yang saya gatau buat online itu bayar berapa. Dia ngucapin birthday wishes dan sedikit gombalan. Luntur sudah rasa kesal saya. Tapi ternyata belum selesai..

Pulang dari Perancis, dia kirim foto beberapa foto untuk saya. Termasuk foto ini

above Finland
Dia bilang ini hadiah ulang tahun, karena nggak bisa nemenin pas tanggal 30 kemarin. Terharu, pacar saya ternyata ingat ulang tahun saya dan ingat pesanan saya :"

May 30, 2014

To : 19 y.o Me

Dear the 19 years old me,

Three years ago, today. You were sitting at one class, having final exams. That day was your 16th birthday. Did you remember, there was only one person said 'Happy Birthday' to you? She wasn't your close friend. She was one of the most people you hate so much but she was sincerely said a birthday wish to you. Since then she always said all happiness wishes each year, on your birthday. Oh my dear, please.. please be nice to her.

There aren't many people who care about you. It doesn't mean there is no one who cares. But.. let's make some exceptions sometimes. If you think that people are too busy to listen to you, then let them be. There's only one person whom you could trust : yourself. I know it sounds odd and so damn selfish, so what? No one will love you better than yourself. Being a bitch sometimes.. it doesn't matter.

But don't forget these things :

It's ok not to have a boyfriend. Or a fancy date. Both are the same. It's ok if you don't get asked out and have a lovely day together with someone. It's ok if you don't have a beautiful dress, cool phone, or a fabulous shoes. You do need some excuses in your life.

Don't grow old so fast. Some stuffs are just too good to be left behind just because you think "aaahh it's not my age anymore!". You aren't too old for 'Row Row Row Your Boat' song either, you know?!

Stop looking at somebody else. You had rejected by the university last year, you were one of the top students at your class, you've been meeting great people. You have been going through your own ups and downs while other people have their own.

The world won't wait for you, stop procrastinating. Time chases you like there's no tomorrow. Get up and walk. Run if you can, crawl if you need to.

Tell your friends you love them. Sometimes they make you sick, make you happy, make you laugh, make you cry. They are your friends, after all. And be grateful too!

Dear, happy birthday! Welcome to the new age, it comes once in a lifetime. Say bye to me.

Sincerely,

the 18 y.o me.

May 23, 2014

Would You PLEASE Antri?

Sekitar jam 6.45 tadi pagi saya mendaratkan motor saya di sebuah pom bensin. Pas mau masuk barisan para pengantre BBM, tiba-tiba ada bapak-bapak dengan motor matic-nya nyelonong dan langsung berhenti depan saya. Padahal udah jelas-jelas saya ngantre di situ eh tapi si bapak main nyerobot aja.

Jelaslah saya kesel. Saya sudah pasang muka sewot dan rasanya pengen negur si bapak tapi saya berdoa agar saya diberikan hati yang lebih besar lagi. Sayangnya, wajah saya nggak bisa bohong. Emang dasarnya muka-muka antagonis, dibikin kesel sama bapak-bapak yang seenaknya nyerobot antrian. Bisa dikira-kira muka saya kayak Rambo yang kepalanya dikepruk pake sendal.

Si bapak kayaknya sadar saya kesel sama beliau, karena si bapak sempet noleh ke arah saya beberapa kali. Baguslah! Eh, udah gitu si bapak malah majuin motornya (biar saya bisa lewat) dan nanya "ke sana?", sambil nunjuk antrean yang satunya. Kayaknya beliau ngira saya mau pindah ke antrean sebelah. Aduh bapak, nyelonong antrean aja udah bikin saya ilfeel, ini malah nanya mau ke sebelah apa nggak. Ini ceritanya Bapak nggak tau saya antre di situ apa pura-pura nggak tau kalo saya dateng ke antrean duluan? Ah, Bapak.. saya respect sekali dengan Anda.

Semakin dongkol, semakin saya berdoa agar lebih disabarkan dan agar si bapak dibukakan mata hatinya bahwa nyerobot antrean itu nggak baik. Doa saya dikabulkan. Mungkin karena si bapak bisa membaca pikiran, karena pikiran saya dari tadi udah murka sama si bapak. Beliau akhirnya pindah ke antrean sebelah! Hah! Gitu dooooong!

Seandainya nih ya, kalo si bapak bilang baik-baik sama saya kalo beliau pengen duluan, saya akan mempersilahkan. Bilang kek, "Dek, saya antre di depan kamu, boleh? Saya buru-buru." atau "Mbak, saya boleh duluan? Harus nganter orderan nih." Saya bakal ngalah kok. Monggo silahkan. Kalo main nyelonong aja terus sok asik liat-liat muka saya yang murka seakan-akan bilang, 'ape lo, gue duluan!', duh! Gimana mau respect?

Oiya, by the way nih ya, si bapak itu usianya mungkin sekitar 30-40an gitu. Masih muda, kan? Bukan seorang sepuh atau ibu hamil. Dan beliau nggak bawa apa-apa kecuali tas kecil. Saya berasumsi kayaknya dia mau berangkat kerja, tapi nggak terburu-buru, soalnya dia terlihat agak santai gitu. Saya ngerti Pak, saya lebih muda dari Anda. Saya harus punya rasa hormat pada orang yang lebih tua. Tapi antrean tetaplah antrean. Ada bapak-bapak dan ibu-ibu lain yang lebih tua juga baris dalam antrean, nggak ada tuh yang nyerobot.

Yah, emang pagi-pagi itu pasti jamnya orang buru-buru, mau ngantorlah, mau kuliahlah, mau selokah, atau cuma nganter anaknya sekolah. Tapi kalo orang lain yang mau nganter anaknya sekolah aja bisa antre, kenapa seorang bapak yang kayaknya nggak buru-buru amat, malah nyerobot antrean? Lain kali lihat-lihat ya Pak kalo ngantre, depannya ada orang apa nggak. Kalo ada orang di depan Anda, ya sudah antre di belakangnya, ya?

Ini buat Bapak tadi, salam hormat!

sumber foto

May 20, 2014

Sweet Drink

Semua bermula dari curhatan ke pacar.

"Kitty, aku demam."

Lalu keluarlah jurus penyembuh alias resep juice sehat dari mas bule yang sangat Europäisch sekali :

Forest berry + Blueberry + Honey + Microwave

Pertama, sebagai warga Indonesia yang sangat asing dengan rupa-rupaan buah berry, saya nggak paham forest berry itu yang modelnya gimana. Lalu, kenapa blueberry nggak dimasukan dalam golongan forest berry? Yang saya tau cuma Strawberry, Raspberry, Blueberry, Blackberry Curve, Blackberry Torch, dan.... ok.*ketahuan bodoh*

Kedua, kenapa microwave dimasukkan dalam resep? Apa microwave-nya dimasukkan dalam blender bersama berry-berry pada saat yang bersamaan? Ternyataa, setelah acara nge-blend pake blender, juice nya dimasukkin ke microwave, biar jusnya anget. Nah, kenapa nggak di blend pake air panas aja sekalian ya? -.-

Tapi karena susah nyari berry-berry gitu di Malang. Kalopun adaaaaa... aduh bundo! Mahalnyoooo! Jadilah saya mengais-ngais apapun yang ada di dapur yang kira-kira bisa dipake dan akhirnya cuma nemu Honey. Alias madu. Lalu ada air! Wow, sumber air su dekat! Lalu ada teh, gula, dan bumbu-bumbu lainnya. Jadilah saya berkreasi, menciptakan resep sehat saya sendiri.

Pertama, seduh teh. Nah ini mah biasa. Kayak cara yang biasa. Bedanya, saya nggak ngasih gula dulu, soalnya kan mau ditambah madu gitu. Dan airnya pake air panas, bukan hangat.
Kedua, tambahkan satu sendok teh madu. Aduk. Jangan cupa dicicipi. Ternyata hambar!
Ketiga, tambahkan satu sendok teh madu (lagi). Aduk. Cicipi lagi. Gatau kenapa tapi buat saya rasanya masih kurang.
Keempat, tambahkan (lagi) satu sendok teh, madu. Aduk lagi. Cicipi lagi. Udah bosen ya?

Akhirnya jadi juga, teh madu bikinan saya. Pas saya cicipi lagi, kok mmm aneh ya? Diam-diam saya tambahkan gula satu dan setengah sendok teh -_- Baru deh, rasanya perfecto!

Meskpun pasti rasanya jauh beda sama mix berry juice ala mas bule, tapi teh madu juga enak kok. Beda jenisnya, sama hangatnya. Tapi masih lebih hangat cintamu kok, Finnish man-ku *eaaaaeaeaeaeaeaea*



May 16, 2014

A Decision

To be old and wise, you must first have to be young and stupid

Sometimes I stuck at a moment and think that I'll be young forever. At that moment, there are a lot of things that I think I can't just let go : first love, the school which I actually wanted to enroll in. Being an ambitious kid with an idealistic dreams. I misused my ability to think. I put my brain aside. That's stupidity number 1. I used my feelings instead -stupidity number 2. There are more and more stupidities. Countless.

I decided to be with someone. I decided not to go to extra classes because I thought I am smart enough. I decided to spent most of my money to buy something that I don't really need. I decided to underestimate someone, who was actually more than I ever thought. I decided not to listen people's good advices. I decided to walk this way.

When I finally knew that "aaaah, the day is here!". You know? When that shits happened. The boyfriend left you, because you aren't that kind of puuuuurrrrfect gurl. When finally the universities rejected you. When finally you needed to buy something which was reaaaally important and you could only look at your fabulous gadgets and those fancy outfits which you only wore once. When eventually that nerd person in school became the coolest someone on earth. When people started saying , 'I told you so!' with those annoying smirk. When finally I knew this way isn't the right way.

Oooooh! Worth it! It felt like a slap exactly to my face. And someone (who I didn't really know WHO) yelled, 'Yo, wake up! Now you need to crawl from the very beginning and you will keep on moving until you can stand again!'.

It's not easy. I don't know how to start.

I know I still have to grow up. Be at the right way and get what I am supposed to get : the (right) education, the (right) friends, the (right) someone to fall in love with. I need a 'real' life. I want to get out, stop being shy and stop underestimating myself. I want to stop spending my 24 hours in the front of computer, talking to my internet boyfriend. I want to stop regretting every bad things that ever happened in my life. I could feel that something isn't just.. right. It is wrong but I can't tell. I can't get rid of it. You know that feeling, right? You know that feeling wasn't really 'real'. That feeling makes me sick! 

I just want to... click! Internet disconnected! Get over it and move on! Shit happens, life goes on! Rise and shine! Do something! Be yourself! Be real! Meet people! Talk to them! If they think you are different then be it!

One decision which people take may be the worst thing that ever happened in their life. But that's how people learn not to fall into same hole twice. That's how we grow up. I need to learn that.

May 9, 2014

Donor

Asik asik! Akhirnya saya donor darah juga muahahahaha. Sebenernya saya pengen ikutan donor sejak lulus SMA, cuma baru ada kesempatan sekarang aja *bilang aja males! -_-*.

Sehari sebelum donor, ketika saya bilang pengen ikut donor darah, ayah saya bilang : pokoknya kalo mau donor jangan tidur malem-malem. Tapi emang dasar saya penganut garis keras paham 'masuk-kuping-kanan-keluar-lewat-lubang-hidung', jadi saya baru berangkat tidur nyaris tengah malam. Sukseslah bangun pagi-pagi setengah merem dan mau tidur lagi, padahal ada kelas jam 7. Badan masih pegel-pegel semua.

Siang setelah pulang dari bimbel, saya dan ayahanda capcus ke PMI. Baru liat pintu PMI-nya, belum juga megang gagang pintunya, saya udah mules. Biasa, namanya juga first time moment gitu, jadi agak-agak nerpes. Pas masuk, isi blanko pendaftaran audisi Indonesyen Aidel donor, tangan saya udah dingin banget. Entah karena efek AC atau nerpes itu tadi, pokoknya tangan udah dingin aja.

Habis isi blanko, saya bilang ke mbak petugasnya, saya mau cek goldar saya dulu. Sebenernya saya udah tau goldar saya, sih, tapi waktu periksa dulu kan saya masih SMP jadi saya nggak yakin itu bener apa nggak. Selain itu, mbaknya sendiri yang bilang kalo meskipun goldar nggak bisa berubah tapi bisa aja ada kesalahan petugas. Saya jadi makin pengen periksa golongan darah.

Oke, setelah dari bagian isi blanko dan ngeyel pengen cek goldar, saya dibawa ke ruangan selanjutnya. Di sana saya sempet nungguin petugasnya yang lagi repot ngurusin pendonor lain. Saya pun iseng pengen timbang badan.... dan langsung sakit hati habis liat angka di timbangan -_- Ketika mbaknya balik, saya langsung di periksa ini itu, ditanyain berat badan berapa (yang pengen saya jawab 45 mbak, tapi ketauan banget bohongnya. Mana ada Hulk berat badannya 45 kg?), ditanyain kapan terakhir menstruasi, dalam 3 hari terakhir minum obat apa nggak, dan ditanyain semalem bobo jam berapa. Aduh mbaknya.. pacar saya aja nggak pernah nanya gituuu *salah fokus*.

Habis dikepoin, saya disuruh cek tensi, Hb, dsb, dst, dkk. Saya terkagum-kagum, man! Alatnya canggih banget. Terakhir kali saya cek tensi itu pake alat yang kayak korset dililit ke bagian lengan, terus dokternya memompa sampe korsetnya terasa ketat banget di lengan. Nah, ini udah canggih! Jadi saya tinggal masukin tangan saya ke dalem alatnya terus nanti alatnya bakal membungkus lengan sampe ketat banget. Dan semua udah nggak perlu pake dokter mompa lagi, cukup pencet tombol ini tombol itu. Keluarlah semua hasilnya. Akurat. Ketauan banget saya ndeso.

Lalu tibalah saat alat kecil itu dikeluarkan. Alat yang di dalemnya ada jarum buat melubangi jari saya. Pas ujung jarumnya ketemu sama ujung jari manis saya, rasanya kayak ditembak gitu. Whooooooh bohong banget kalo dulu ibuk saya dan banyak orang dewasa bilang "disuntik itu rasanya kayak digigit semut". Itu palsu! Dusta! Rasanya nyeri tauuu! Nanti kalo saya punya anak, saya bakal bilang "disuntik itu rasanya kayak disetrum. Setrumannya masuk sampe ke daging-daging kamu". Mungkin anak saya bakalan trauma.

Oke lanjut. Sampel darah saya kemudian di tempel ke sebuah kertas dan ditetesi cairan-cairan yang saya nggak tau itu apa. Terus mbaknya nyari kartu yang ada tulisan B+. Terjawab sudah kalo ternyata goldar saya memang B.

Kemudian, inilah saatnya darah saya diambil. Saya disuruh berbaring dengan satu tangan ke samping. Sebenernya saya maunya tangan kiri aja yang diambil soalnya takut efek aftermath, kalo tiba-tiba tangan saya linu, bahkan memar-memar sampe beberapa hari (saya pernah lho disuntik sampek kayak gitu). Tapi terlanjur di tempat duduk saya itu, bisanya tangan kanan yang diambil darahnya karena sebelah kiri ada kursi mepet.

Jujur aja pas udah dalam posisi itu, saya tambah nervous. Ketika ibu petugas ngeluarin jarumnya.... astaghfirullah, itu jarum gedenya... Oh.. my.. man! Tapi tapi tapi, udah nggak bisa di-cancel lagi dong ya. Malu dong badan gede, keder liat jarum. Saya pasrah. Si ibu mengolesi lengan saya, gatau itu pake apa, kemudian diiringi basmalah, jleb! Nyerinya buuuk, uoh! Mengalirlah darah saya melalui selang menuju ke dalam kantong. I've never seen my own blood that much before!

Orang yang udah pernah donor pasti tau kan kalo sebelum jarumnya dimasukkan ke lengan bawah, lengan bagian atas pasti dililit pake suatu alat. Nah, ibu petugas melilit lengan saya, kali ini pake lilitan yang kayak korset, terus lengan saya terasa ketat sekali. Beliau juga minta tangan saya mengepal. Pas beberapa saat setelah proses ambil darah, baru boleh dilepas kepalan tangannya. Ketika itulah saya kaget, pas saya melepas kepalan tangan itu, saya bisa ngerasain aliran darah di jari-jari saya itu kayak nyut-nyut gitu. Lilitan di daerah lengan atas juga berangsur-angsur melonggar. Tapi si ibu kembali mengetatkannya lagi.

Setelah sekitar 20 menit, proses donor darah saya pun berakhir. Darah saya sudah di dalam kantong, disimpan dengan baik. Selang yang masih ada darah saya diambil untuk diperiksa. Kemudian jarum jumbo itu dilepas. Lengan saya sempat ditempeli plester karena masih keluar sedikit tetesan darah, mungkin karena baru pertama kali atau karena saya nggak bisa diem kali.

Kebetulan ketika lagi donor, ada anak-anak SMP yang lagi penelitian dan saya pun diwawancara *berasa keren*. Pertanyaannya sih standar ya, gimana rasanya? Sakit nggak? Udah berapa kali? Ketika saya bilang  baru sekali, mereka nanya lagi. Wah apa motivasinya? ... hening.

Saya sendiri nggak tau kenapa saya pengen donor darah. Pengen aja. Mungkin darah saya bisa bermanfaat buat orang lain. Memberi apa yang saya punya dan saya ikhlas memberikannya. Saya orang pelit. Kadang saya enggak mau membagi makanan saya dengan teman. Kadang kalo ibuk udah bilang "udah sumbangin aja bajunya, bukunya, bonekanya", saya masih nggak mau --"yah kan sayang, yah kan masih bisa dipake, yah masih mau dibaca".

Kali ini, ketika saya memberikan darah saya untuk disimpan, untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan, meskipun saya nggak kenal dengan dia, saya merasa tidak kehilangan apa-apa.