Labels

Jun 1, 2013

Selamat Tinggal Cinta Pertama

Huhu saya lagi sedih nih. Bukan gara-gara habis putus dari pacar, tapi gara-gara saya ditolak sama PTN lewat jalur SNMPTN :'( Nyeseknya berkali-kali lipat lebih daripada diputusin pacar (menurut saya)

emang kenapa sih kenapa???


Saya emang applied untuk masuk jurusan HI di salah satu PTN. Tapi karena saya anak bahasa, kata orang sana itu cuma 1:1000 yang bisa masuk lewat jalur tersebut karena kebanyakan yang diambil emang anak-anak jurusan sosial. Oke, mungkin emang saya salah pilih jurusan.

Tapi begitu liat temen-temen yang keterima, saya agak kaget sih. Konon katanya SNMPTN itu memperhitungkan nilai rapot, ranking, prestasi akademik, dsb. Tapi entah gimana, kebanyakan temen-temen saya yang pinter, nilai mereka rata-rata 8 dan 9, justru nggak lolos. Saya sempet berfikir mungkin mereka salah pilih jurusan kayak saya, nyatanya nggak. Mereka milih jurusan yang sesuai sama jurusan mereka di SMA.

Sampai sini saya mulai bertanya-tanya. Kok bisa? Saya nggak mau su'udzon sama siapapun. Mungkin mereka (dan saya) lagi nggak ada luck aja.

Saya pun (terpaksa) harus ikut SBMPTN. Saya pun harus melepas cinta pertama saya (Hubungan Internasional) dan mengganti dengan jurusan yang disarankan guru tercinta saya : sastra Inggris. Ya menurut saya sih nggak masalah juga, toh nilai inggris saya nggak jelek-jelek amat dan saya lumayan suka pelajaran itu.

Masalah muncul pas bidang tes yang tersedia untuk semua prodi yang dituju hanya ada 3 : SAINTEK (IPA), SOSHUM (IPS), CAMPURAN (IPC). Jadi meskipun saya ambil jurusan sastra, saya harus belajar ilmu sosial cuma untuk ujian masuk universitas. Selama ini saya belajar sastra di sekolah (sekali lagi saya anak bahasa), belum pernah saya menemukan skala peta dalam puisi dan tidak ada pemilihan diksi dalam menentukan kebijakan ekonomi. Oke mungkin nanti pas kita masuk universitas dan sudah mulai belajar kita bisa menemukan hal-hal yang berbau campuran seperti itu. Tapi bukankah setiap awal masuk kita diajari sesuatu dari awal pula?

Saya nggak ngerti apakah di luar negeri, di negara-negara tetangga juga terjadi hal yang seperti ini, atau mungkin ada maksud tertentu dibalik penerapan kebijakan pendidikan yang seperti ini. Tapi ini rasanya seperti ditolak sama cinta pertama. Ketika kita sangat ingin belajar sesuatu tapi yang mengatur bilang "kamu nggak pantas belajar di sini, kamu bukan dari jurusan yang tepat buat aku".

NB : kalo misalkan ada yang bisa jelasin ke saya kenapa hal-hal seperti ini bisa terjadi, mohon bantuannya ^^

No comments:

Post a Comment