Kemarin nggak sengaja saya menemukan buku notes yang masih bersih alias nggak ada isinya. Covernya bergambar Eiffel Tower dengan tulisan 'Paris'. Isinya.. kosong. Hanya ada satu tulisan di halaman belakang : Paris, I'll be there.. Lalu saya ingat, saya beli notes ini sebelum gambar Eiffel Tower dan tulisan 'Paris' menjamur di baju-baju dan jam tangan yang dijual di mall.
Saya pernah belajar beberapa bahasa asing. Sampai hari ini saya bisa berbicara dalam 2 bahasa asing : Inggris dan Jerman. Saya juga pernah belajar bahasa Arab, sedikit bahasa Perancis, dan sedikit sekali bahasa Spanyol, dan beberapa kata dalam bahasa Suomi (bahasa pacar saya, muehehehehehe). Tapi, hanya Inggris dan Jerman yang saya pelajari dengan khusyuk hingga saya bisa lancar berbahasa Inggris dan lulus tes B1 Jerman -setingkat anak sekolahan- :3
Setelah 'pertemuan kembali' dengan notes itu, saya juga tidak sengaja menemukan beberapa lembar kertas catatan bahasa Perancis yang saya pelajari ketika kelas X. Wow, saya pengen belajar bahasa Perancis lagi! Rencana pilihan kedua jurusan di universitas saya : Sastra Perancis -masih rencana.. masih rencana..-
Bahasa Perancis itu unik, romantis, dan.. seksi. Semua orang bilang gitu. Saya setuju kalau bahasa Perancis dibilang unik. Beda dengan bahasa Indonesia, tulisan dan cara baca di bahasa Perancis berbeda. Dibilang romantis, iya.. pokoknya romantis gitu! *mau kasih contoh tapi takut salah.. ya gajadi deh* Tapi seksi? Mm.. menurut saya cara bicara orang yang bisa bicara bahasa Perancis dengan lancar entah itu native atau bukan native.. tetap terdengar seksi bagi kuping saya.
Tapi sejujurnya saya akan dengan senang hati belajar bahasa lain. Dengan syarat saya suka dan sesuai dengan cara bagaimana bahasa itu diajarkan. Dulu di sekolah, kelas bahasa Jerman diajarkan dengan media film, lagu, contoh percakapan dalam kehidupan sehari-hari (plus ada gambarnya), praktek langsung, lalu ada native yang berkunjung.. apalagi kalo native-nya cowok, muda, ganteng, menarik hati.. Oke cukup, keterusan kan.
Nah, begitu juga dengan bahasa Inggris. Saya dulu les.. dan biasanya di tempat bimbel gitu ada metode khusus gimana caranya biar murid merasa senang ketika belajar dan yang pasti mereka bisa
Saya nggak akan tahan dengan belajar bahasa dengan guru yang tiba-tiba buka buku dan bilang "Ya, saya ingin kalian buka halaman sekian dan hapalkan semua verb dan noun dalam halaman itu. Saya akan menguji kalian di jam kedua." kemudian hening. Yah mungkin nanti di universitas akan diajarkan begitu, tapi pas lihat temen-temen saya masuk sastra (sastra Jerman, sastra Perancis, sastra Jepang) mereka asik-asik aja. Saya suka ujian hören, saya suka ujian mündlich. Saya suka mendengar dan berbicara sehingga saya tau sejauh mana saya bisa menguasai bahasanya.
Bahasa itu penting. Itulah alasan saya kenapa dulu waktu SMA saya masuk bahasa. Saya nggak akan belajar bahasa Jerman kalau saya tidak ada di kelas Bahasa. Saya nggak akan bisa bicara lancar dengan bule-bule kalau saya tidak belajar bahasa mereka, begitu juga mereka tidak akan mau belajar bahasa Indonesia jika saya tidak mengenalkan mereka. Saya nggak akan mimpi pengen keluar negeri kalau saya nggak bisa berbahasa asing. Dunia ini luas.. saya nggak mau hanya ada di sini.
Jadi, saya pengen belajar bahasa yang baru buat saya lagi.. bahasa Perancis. Vive La France!